Krisis Iklim Makin Parah

Krisis Iklim Makin parah, sastra madura, bahasa madura, sumenep, pamekasan, sampang, bangkalan, madura, jawa timur, tukang besi, rongsokan, sate madura, penjaga toko kelontong

 

Lalampan.com. 1445. Krisis iklim semakin parah. Sebenarnya sudah nyaris males menuliskan kembali persoalan iklim, apalagi ini masih awal tahun baru, yaitu tanggal 02 Januari 2024, masih pagi, sekitar jam 08 kurang sedikit lah, tapi yang namanya cinta pada alam, takkan ada capek-capeknya untuk terus berbicara, mengingatkan bahwa bumi ada rumah kita, tempat kita bersujud kepada Tuhan yang Maha Esa, tempat seluruh mahluk untuk bermunajat, menikmati keindahan alam, bukan hanya manusia yang boleh merasakan kehidupan di atas bumi, tapi seluruh mahluk, mulai dari yang nampak, seperti hewan, tumbuhan, bahkan jin-jin sekalipun layak untuk merasakan hidup yang nyaman, tenang dan damai, namun bila kira merasakan suhu panas yang terjadi di akhir desember beberapa hari yang lalu, nampaknya bukan hanya manusia yang terdampak.

Ya, beberapa hari yang lau, kalau tidak salah pasca natal lah kira-kira, suhu bumi mencapai titik tertingginya, dan saat itu sungguh sangat panas luar biasa, mendidih, benar-benar mendidih, benar-benar di luar dugaan, bahwa musim hujan yang telah tiba, justru kehadiran musim kemarau yang sangat amat panas sekali.

Maos jugan

Manusia yang bisa berkipasan saja, tidak berdaya, tetap harus mencari tempat berteduh yang lebih nyaman, berkipas, atau kipasan, mungkin beberapa orang juga mengaktifkan AC (pengatur suhu ruangan) agar lebih dingin. Jika dilihat dari media sosial, nampaknya dari Sabang sampai Merauke meradang-mengeluh semua atas suhu panas yang melanda bangsa ini. hal ini semestinya tidak bisa diremehkan.

kita sudah mendengar bahwa beberapa hutan-hutan besar sudah mulai berkurang, ya tentu saja atas nama pembangunan, kemajuan, tentu semua orang berkata ingin maju, terdepan dan lain sebagainya, tapi harus diingat bahwa bumi memiliki hak yang sama untuk mendapatkan perlakuan yang semestinya, bukan hanya semestinya, tapi juga dirawat, dijaga dan lain sebagainya (maaf ya jika terkesan berpidato).

Bangsa Indonesia sebagai bagian dari penduduk bumi, juga harus bertanggung jawab atas kerusakan alam, perbaikan iklim, energi baru terbarukan. pemimpin bangsa ini harus menyadari bahwa bumi, tidak hanya akan dinikmati hari ini, tapi masih ada anak-cucu yang akan merasakan keindahan alam Indonesia (emang kamu punya anak? wkwkw). Jika bumi sudah tidak nyaman untuk ditempati, ya tentu saja kita harus hijrah, entah ke mana, tapi sepertinya tidak akan kemana-mana, pastilah bumi memiliki caranya sendiri untuk kembali ke khittah.

Perpisahan dengan 2023 ditandai dengan naiknya suhu bumi menjadi lebih sangat panas, tidak seperti biasanya, padahal sudah memasuki musim hujan, namun yang ada justru makin panas, banyak kejadian alam terjadi, seperti gempa bumi, banjir bahkan tsunami, serta ada pula yang terkena ledakan mortir (sebuah bom yang ledakannya cukup dahsyat). Sungguh mengerikan.

Maos jugan

Bumi selain sesak oleh penduduk manusia, juga makin diperparah dengan meningkatnya volume sampah. Volume sampah meningkat, kesadaran untuk mengolah sampah tidak ada, sangat jarang pemerintah di Indonesia terutam pemda-pemda yang memiliki konsen untuk pelestarian lingkungan. Persoalan sampah tidak dianggap sebagai persoalan yang serius, bahkan di lembaga pendidikan islam, seperti pesantren, sampah belum menjadi problem utama. Tidak menjadi perhatian utama.

Plastik juga turut andil dalam memperburuk kondisi cuaca, sekaligus meningkatkan suhu panas bumi. Sepanjang jalan, sepanjang mata memandang, mata kita nyaris tidak berbebas dari sampah. Iya, tumpukan plastik, di pinggir jalan, di bibir sungai hingga bibir pantai, menjadi hiasan tersendiri yang melekat dari bangsa kita. Sungguh ini adalah kenyataan terpahit bangsa ini.

kita masih berharap bahwa sampah-sampah itu akan menjadi komoditas yang lebih bagus, yang bisa dijadikan kursi, peralatan dan lain sebagainya. Semoga ada pencerahan.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak