Cara Sederhana Mengajarkan Bahasa Madura

Bahasa & Budaya Madura


Cara Sederhana Mengajarkan Bahasa Madura di SMP

Lalampan.com || Mengajar itu bukan hanya soal menyampaikan materi, tapi juga bagaimana kita membuat siswa merasa dekat, merasa akrab, bahkan merasa bermain dengan apa yang dipelajari. Itulah yang saya lakukan ketika mengajar bahasa Madura di tingkat SMP. Saya tidak ingin menjadikan pelajaran ini sebagai sesuatu yang kaku, penuh hafalan, atau sekadar rutinitas formal. Sebaliknya, saya ingin anak-anak belajar dengan cara yang menyenangkan, praktis, sederhana, namun tetap mendalam.

Kurikulum yang saya susun bukanlah kurikulum resmi dari kementerian atau buku tebal dengan daftar panjang kompetensi. Saya menyebutnya sebagai kurikulum mendalam yang merdeka. Merdeka, karena saya bebas menentukan langkah sesuai kebutuhan anak-anak. Mendalam, karena meski tampak sederhana, materi yang saya berikan mengakar pada kesadaran budaya dan penguasaan bahasa.

Maos jugan

Tahun Pertama: Belajar Bermain dengan Kata

Kelas satu saya mulai dengan hal yang paling dekat dengan kehidupan anak-anak: parebasan (peribahasa), pantun, dan puisi. Mengapa ini yang saya pilih? Karena bentuk sastra itu dekat dengan kehidupan sehari-hari mereka. Parebasan adalah kearifan orang tua yang diwariskan lewat bahasa. Pantun adalah permainan kata yang indah sekaligus lucu. Puisi adalah ruang bebas untuk mengekspresikan rasa.

Asesmen yang saya buat sederhana. Saya minta mereka mencari lima parebasan Madura dari orang tua mereka. Dengan begitu, mereka bukan hanya belajar di kelas, tapi juga belajar dari rumah, dari keluarganya sendiri. Ada proses silaturahmi bahasa di sana. Lalu, saya minta mereka menulis lima pantun. Tidak ada aturan kaku, yang penting mereka mencoba merangkai kata dengan rima. Terakhir, saya beri tantangan membuat satu puisi dalam bahasa Madura, minimal 15 baris.

Hasilnya? Anak-anak senang sekali. Mereka merasa tertantang, merasa bermain-main dengan kata. Mereka juga mulai sadar bahwa bahasa Madura tidak hanya untuk berbicara sehari-hari, tapi juga bisa jadi karya seni.

Tahun Kedua: Membaca dan Menganalisis Carpan

Kini, anak-anak itu sudah naik ke kelas dua. Mereka sudah menyelesaikan tugas tahun pertama, dan saatnya melangkah lebih jauh. Di tahun kedua, fokusnya adalah carpan—cerita pendek dalam bahasa Madura.

Saya arahkan mereka membaca cerpen-cerpen dari berbagai sumeber (bisa juga dari lalampan.com atau media lain). Dari sana, mereka belajar melihat bagaimana cerita dibangun, bagaimana tokoh hidup dalam bahasa mereka sendiri. Lalu saya ajak mereka menganalisis: siapa tokoh utamanya, apa konflik ceritanya, bagaimana penyelesaian akhirnya, dan pesan apa yang bisa mereka ambil.

Analisis ini sederhana tapi penting. Anak-anak belajar untuk tidak hanya membaca, tapi juga memahami. Mereka mulai mengasah kepekaan melihat makna di balik teks. Di sinilah pembelajaran mendalam itu terasa.

Tahun Ketiga: Menulis Carpan

Tahun ketiga adalah puncak dari perjalanan kecil ini. Saya minta mereka menulis cerpen sendiri, dua halaman folio bergaris. Bebas temanya, bebas tokohnya, bebas imajinasinya.

Tugas ini tidak hanya melatih keterampilan menulis, tetapi juga melatih keberanian mereka untuk berkarya. Anak-anak yang dulu mungkin hanya bisa mendengar parebasan dari orang tuanya, kini sudah bisa melahirkan cerita dari dirinya sendiri. Inilah yang saya maksud: pembelajaran yang berkesadaran. Mereka sadar sedang berkarya, sadar sedang melestarikan bahasa, dan sadar sedang mengekspresikan dirinya.

Maos jugan

Bermain, Menyanyi, dan Menyadari Makna

Saya tidak ingin kelas hanya dipenuhi tulisan di papan. Saya juga mengajak mereka bernyanyi. Misalnya, pantun Madura yang mereka buat, saya ajak mereka menyanyikannya.

Contoh sederhana:

Ngapote wa' lajarra etangngale,
Tantona reng majang la padha mole.

Terlihat layar putih, tanda nelayan sudah pulang. Tapi maknanya jauh lebih dalam. Layar putih itu ibarat kafan putih, tanda seseorang sudah selesai dengan urusan dunia. Pulang berarti siap menghadap Yang Maha Esa. Anak-anak pun belajar, bahasa Madura bukan hanya soal bunyi, tapi juga simbol dan makna.

Mereka mungkin belum berliterasi tinggi, tapi lewat cara ini mereka sudah mulai terbiasa melihat kedalaman dalam kesederhanaan.

Mengapa Tidak Semua Bentuk Sastra Diajarkan?

Bahasa Madura kaya sekali. Ada pantun, parikan, rora basa, tembang, dan lain-lain. Tapi saya sengaja tidak mengajarkan semuanya sekaligus. Anak SMP masih butuh ruang untuk bermain, otaknya masih berkembang, dan mereka tidak boleh dijejali dengan semua bentuk sekaligus.

Saya mulai dari yang paling menyenangkan: pantun. Dari pantun, mereka belajar bermain kata, bermain bunyi, bermain makna. Dari sana, perlahan-lahan mereka bisa melangkah ke bentuk sastra lain yang lebih kompleks.

Mengajar dengan Kesadaran dan Kegembiraan

Bagi saya, inti dari kurikulum mendalam ini ada dua: kesadaran dan kegembiraan. Kesadaran bahwa belajar bahasa Madura adalah bagian dari mengenali identitas dan budaya mereka sendiri. Kegembiraan karena prosesnya selalu menyenangkan, seru, dan tidak membebani.

Di kelas, saya lebih banyak mendengarkan karya anak-anak, mengapresiasi, lalu memberi masukan kecil. Saya biarkan mereka merasa berhasil dengan setiap bait pantun, setiap baris puisi, setiap analisis sederhana, hingga akhirnya setiap cerpen yang mereka tulis.

Penutup

Beginilah cara saya mengajar basa Madura di SMP. Tidak ada teori rumit, tidak ada metode berlapis-lapis, hanya kurikulum sederhana yang lahir dari kemauan, pengalaman, dan kecintaan pada bahasa sendiri.

Hasilnya, anak-anak bisa belajar bahasa dengan cara yang mereka sukai. Mereka belajar tanpa merasa digurui. Mereka menulis, bernyanyi, bercerita, dan berimajinasi. Mereka tumbuh dengan bahasa, dan bahasa tumbuh bersama mereka.

Itulah pembelajaran mendalam yang merdeka: sederhana, praktis, menyenangkan, namun penuh makna.


Kami berbagi, barangkali ada yang mau meniru. ha ha ha. Kapan kira-kira belajar carakan?

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Dukung Kami merawat "Bahasa dan Budaya Madura"

Jika Anda membaca tulisan di lalampan.com dan merasa mendapatkan manfaat, silahkan bagikan ke tan-taretan, bala-tangga tor kanca, silahkan diskusikan, atau bahkan cukup tinggalkan komentar. Dan bila Anda berkenan, silahkan juga menekan tombol Trakteer.id untuk sekadar mentraktir kami segelas kopi/Jindhul.

Trakteer Kopi Sacangker

Formulir Kontak