Drakor & Ekonomi Kreatif


Lalampan.com. 1444. Anda tentu sudah tahu bahwa drakor itu adalah singkatan dari Drama Korea (Selatan), tak dapat dipungkiri bahwa hanya dari Korea Selatan lah drakor itu membumi di tanah Nusantara ini, silahkan teliti lebih seksama, di sudut Indonesia mana, penduduk millennial yang tidak menonton drama korea yang sudah lumrah disebut dengan drakor. Bahkan para penikmatnya sudah memiliki komunitas tersendiri. Silahkan cari di google tentang sebutan atau nama-nama pecinta drama korea tersebut. biar afdlal.

 

Anda pasti juga sudah tahu bahwa sekali meluncur, drama-drama korea selalu hadir dengan banyak episode, minimal 13 sampai 16 episode. Yang sangat menarik adalah, Drakor selalu berada di deretan teratas sebagai drama yang paling sering ditonton. Selalu masuk top ten itu pasti.

 

Saya sendiri sebagai pendatang baru dalam dunia pernontonan drama korea juga merasa cukup tertarik untuk belajar dan mendalami bagaimana orang-orang Korea (Selatan) itu secara konsisten selalu melahirkan drama-drama nyaris setiap hari, apakah mungkin negara ikut campur semacam memberikan pinjaman dana segar melalui kementerian khusus industry kreatif, misalnya.


Maos jugan

 

Dapat kita saksikan, drama-drama para raja yang diceritakan secara versi modern, dengan gaya penceritaaan yang menarik, tokoh-tokoh yang diperankan oleh artis-artis ternama, membuat para penonton drama korea semakin histeris, tema-tema yang diangkatnya pun selalu segar dan penuh pembaharuan.

 

Tidak hanya seputar sejarah Korea Selatan tapi bagaimana transisi Korsel menuju zaman modern, dari zaman kerajaan menuju demokrasi tentu membutuhkan pergulatan panjang, menuju hukum pembaharuan, bagaimana membangun institusi kepolisian yang sigap, responsive, tidak berpihak pada kelas penguasa atau mereka yang beruang.

 

Semuanya disinggung secara cukup lugas dan mengesankan, bagaimana proses pengungkapan pembunuhan demi pembunuhan berantai yang dilakukan oleh pelaku criminal kelas kakap hingga mereka yang masih belajar membunuh, atau bagaimana psikopat berkeliaran dan selalu menghantui masyarakat, serta bagaimana Korsel menyikapi kecantikan yang bermuara pada kesehatan kulit, kedokteran dan lain sebagainya. Peran ilmu sains khusus dalam bidang kedokteran cukup mewarnai drama Korea (Selatan).

 

Berbanding terbalik dengan dinamika drama di Indonesia yang sepertinya mengalami kemerosotan, drama dari Indonesia sangat jarang bisa dinikmati masyarakat internasional, dan rata-rata yang cukup menggiurkan adalah drama-drama seputar supranatural. Bangsa ini juga terkesan mengalami kemerosotan dalam kreatifitas perfilman.

 

Tampak tidak ada perkembangan yang cukup signifikan, bahkan terlalu ketakutan untuk membangun narasi dalam sebuah drama. Bisa jadi, seandainya banyak orang mampu untuk membuat narasi drama yang bagus tentang kerajaan Nusantara di masa lalu. Tidak perlu terlalu serius, namun harus menunjukkan sisi hiburan yang menyegarkan. Drama Korea juga tidak terlepas dari drama fiktif belaka, namun penontonnya terus mengalir dan berjumlah banyak.


Maos jugan

 

Kita bangsa yang besar, jika kita berhasil mengolah isu-isu strategis untuk menjadi drama fiktif, yang terkesan bahwa itu merupakan fakta yang cukup membahayakan, tentu akan menjadi magnet tersendiri. Bangsa ini harus belajar untuk keluar dari keterpurukan dan stagnasi dalam perdramaan. Jika kita berhasil dalam membangun paradigma drama baru Indonesia, itu akan menjadi babak baru dalam industry kreatif bangsa ini.

 

Akhir-akhir ini, kita selalu mendengar bahwa sudah saatnya bangsa ini memiliki mengembangkan ekonomi kreatif, namun hingga saat ini, kreatifitas dan ekonomi Indonesia belum juga bangkit dan tak keluar dari jurang degradasi. Bangsa ini memiliki segudang seniman yang patut untuk diajak kerja sama dalam membangun industry kreatif untuk membangun ekonomi kreatif yang berkelanjutan.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak