Serunya Pembelajaran Mendalam (PM) di Kawasan Kota Tua
Kalianget
SUMENEP — Sejak fajar, angin laut Pelabuhan Kalianget
berhembus membawa kabar. Perahu-perahu motor merapat, menurunkan penumpang
istimewa: guru-guru dari Kangean, Sapeken, Raas, dan pulau-pulau kecil di ujung
timur Madura. Mereka bersahabat dengan ombak, menaklukkan cuaca, demi satu
tujuan: menjemput ilmu dan semangat baru di daratan.
Di sisi lain, di jalanan berliku, para guru dari Dasuk,
Pasongsongan, Pragaan, Bluto, hingga perbatasan Sumenep-Pamekasan juga
berjibaku dengan jalan berlubang, truk-truk besar, bus mini yang saling salip
berebut penumpang. Sebuah perjalanan aduhai, tapi terbayar lunas saat
mereka tiba di SMP Negeri 1 Kalianget, sekolah tua di kawasan kota bersejarah —
berdekatan dengan Pabrikasi Garam yang melegenda.
Mulai 28 Juli hingga 2 Agustus 2025, sekolah ini
menjelma ruang pertemuan ide. Para guru berkumpul tak sekadar untuk mendengar,
tetapi untuk merasakan denyut Pembelajaran Mendalam (PM): pembelajaran yang berkesadaran,
bermakna, dan menggembirakan, yang merangkul olah pikir, olah hati, olah rasa,
dan olah raga.
Di ruang kelas, olah pikir terjadi: guru-guru
berdiskusi, membedah materi, merancang metode yang menajamkan logika murid. Di
sela tawa dan percakapan ringan, tumbuh olah rasa — saling menghargai pendapat,
merawat empati antarguru dari daratan hingga kepulauan. Ketika mereka saling
menyemangati untuk membawa pulang ilmu ke sekolah masing-masing, di situlah olah
hati berdenyut: rasa tanggung jawab, keikhlasan, dan niat tulus memuliakan anak
didik.
Dan di waktu istirahat, beberapa guru memilih berjalan
keliling lapangan, bercerita sambil meregangkan kaki. Olah raga pun tidak
dilupakan — tubuh bugar menjadi kawan pikiran yang jernih.
Di kantin, diskusi berlanjut. Guru kepulauan berkisah
tentang kelas di tepi dermaga, guru pegunungan bercerita tentang murid-muridnya
yang harus menyeberangi ladang tembakau. Di sinilah semua cerita bertemu: di
satu meja belajar bersama.
“Jauh di pulau sana, kami akan mencoba menerapkan PM.
Anak-anak kami harus merasakan belajar yang bermakna, tidak sekadar menghafal,”
kata seorang guru muda dari Kepulauan, sambil merapikan catatan yang penuh
coretan ide.
Dinas Pendidikan Sumenep menghendaki, apa yang tumbuh
di SMPN 1 Kalianget ini kelak menjalar ke ruang-ruang kelas di daratan dan
kepulauan. Agar setiap sudut Sumenep merasakan bagaimana belajar tidak hanya
dengan kepala, tetapi juga hati, rasa, dan gerak.
Menjelang senja, langit Kalianget meredup di ufuk. Ombak di pelabuhan tetap setia menunggu guru-guru pulang ke pulau. Truk-truk besar tetap lalu-lalang di jalan lintas kabupaten. Namun, di dalam tas para guru, mimpi itu telah disimpan rapi — mimpi bahwa anak-anak di Sumenep akan tumbuh lewat Pembelajaran Mendalam yang berkesadaran, bermakna, menggembirakan, dan utuh: olah pikir, olah hati, olah rasa, dan olah raga berjalan bersama.