Orasi Lathif di Tengah Ngobrol Pemikiran

Orasi Lathif di Tengah Ngobrol Pemikiran

 

Lalampan.com. 1445. Pada hari Sabtu (25/05) Lesbumi Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama Batuputih bekerja sama dengan Lesbumi PCNU Sumenep melaksanakan kegiatan “Ngobrol Buku & Diskusi Pemikiran” yang bertempat di Aula MA Al-Munawwarah, Somber Tombet, Batuputih.

Kegiatan ini yang bertempat di sekolah atau Madrasah mendapat sambutan hangat dari kader Fatayat, antosiasme juga ditunjukan oleh kader Gerakan Pemuda Ansor, serta kader-kader IPNU-IPPNU, diskusi buku ini juga mendapat apresiasi dari Komunitas Pabengkon Sastra yang merupakan motor penggerak kesusastraan di wilayah Batuputih.

Setelah dua pemateri selesai memaparkan sedikit banyak tentang buku Tribute to Homaidy Ch: TU(M)BUH, Lelaki Hutan, Cermin Tua, dan Mantra Bumi. Lathif meminta waktu untuk memegang microphone, dengan suara lantang, mengajak seluruh hadirin untuk siap dan siaga satu untuk menjaga “TANAH SANGKOLAN” di wilayah Batuputih dan sekitarnya. Hadirin & Hadirat serempak dan kompak menyahut “SIAP!”

Maos jugan

Tidak ada gunanya berkesenian dan berkebudayaan, jika tak mampu menjaga tanah sangkolan, yang bukan sekedar warisan dari orang tua, tapi tanggung jawab kita, hari ini mewariskan alam yang asri, terjaga untuk generasi berikutnya. Tutur Lathif sebelum mengembalikan microphone ke moderator, yaitu Romzul Falah.

Salah satu hal penting hadirnya buku “TU(M)BUH, Lelaki Hutan, Cermin Tua dan Mantra Bumi” adalah untuk mengenang K. Homaidy Ch, yang lebih memilih menjaga Hutan, yaitu kebun Assalam di desa Prancak. Seorang kiai yang menanggalkan gelarnya, hal itu membuat dirinya lebih dekat dengan masyarakat.

Masyarakat Prancak hingga Pasongsongan merasa sangat kehilangan dengan kepergian K. Homaidy Ch, sebab beliau mengajarkan bagaimana cara menjaga & merawat alam. Hal ini dipaparkan oleh Khairul Umam, yang banyak bersinggungan dengan K. Homaidy. Hal ini juga disampaikan oleh Masyarakat Pasongsongan pada saat bedah buku yang sama di MWC NU Pasongsongan pada bulan puasa lalu.

Jika saja tidak ada yang memberi tahu dan mengajarkan cara menjaga & merawat alam, kemungkinan besar, hutan dan perkebunan di Prancak hingga Pasongsongan telah mengalami perubahan hingga kerusakan alam.

Maos jugan

Hari ini, kerusakan alam (harus) benar-benar menjadi perhatian utama, karena alam bukan sekedar tempat berpijak, namun jugan sumber kehidupan. Kerusakan alam akan berdampak buruk terhadap kehidupan manusia. Hal itu sudah banyak sekali contohnya.

Buku ini akan terus dibedah dan diperbincangkan, baik di Sumenep hingga daerah-daerah lain, baik Lesbumi atau Lembaga lain, bisa langsung menghubungi Pimpinan Lesbumi PCNU Sumenep.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak