Susah Sinyal dan Pemain Bola

Susah Sinyal dan Pemain Bola, Biografi pemain bola di madura.


Pesepakbola yang Lahir dari Kampung Pedalaman dan Susah Sinyal

DUNIA sepakbola memang digandrungi oleh seluruh lapisan masyarakat, baik muda, tua, kakek-nenek, pria atau pun wanita, jika ada kesempatan ingin nonton setiap hari. Dulu sebelum ada tv berwarna, sinyal susah, orang-orang pasang antena setinggi 15 sampai 20 meter agar bisa menangkap sinya dan bisa menonton siaran bola. Bisa juga dengan mendengarkan siaran sepakbola melalui radio. Radio di atas meja. Orang-orang berkumpul mendengarkan komentator penyiar sepakbola. Atau bisa juga berjalan jauh, bukan hanya satu kilo dua kilo meter agar bisa menonton bola, rata-rata orang-orang harus pergi ke balai desa atau ke rumah kepala desa agar bisa nonton siaran bola baik secara langsung ataupun siaran tunda. Militansi mereka baik mendengarkan, membaca dan menonton menjadi darah daging Hamidi, Pemain Sepakbola tarkam yang hingga sekarang masih tetap digelutinya.

Hamidi pada saat usianya masih muda (usia sekolah dasar) selalu bermain sepakbola bersama teman-temannya di kebun Gelora Bung Tuni Telenteyan (Bung Tuni Stadium Telenteyan) dekat sekolah Taufiqurrahman. Hamidi menjadi playmaker di sisi sayap yang selalu mampu mengoper dan memberikan umpan menohok dan mematikan ke jantung pertahanan lawan. Pada tahun 2001 ia lulus dari Madrasah Ibtida’iyah Taufiqurrahman. Sejak 2003 hingga 2006 Hamidi memilih menimba ilmu agama di ponpes Al-is’af Kalabaan Guluk-Guluk Sumenep. Selama menjadi santri, ia istirahat menjadi pemain bola. Namun dalam jiwanya selalu ingin bermain bola.

Maos jugan

Hamidi

Susah Sinyal dan Pemain Bola


Sepulang dari pondok memang tidak langsung kembali ke lapangan hijau, meski anda bisa bayangkan, lapangan hijau itu merupakan kebun (tegalan) yang terkadang tidak ada rumputnya, banyak kerikil sebesar genggaman tangan. Namun Gelora Bung Tuni tetap menjadi tempat latihan baik sendiri ataupun bersama teman-temannya yang bersedia untuk bermain. Pemain yang mengidolakan Del Piero dan Ronaldo ini bermain di posisi sayap.

Bakat pendukung (Fans-Ultras) Argentina dan Real Madrid ini dilirik oleh Gapura United untuk masuk skuadnya. Namun saat itu ada kendala yang menyebabkan gagal transfer pemain. Pada medio 2008, Hamidi resmi bergabung dengan Club Pelabuhan Bintaro, yakni MITRA FC Longos, yang kandangnya berada di dekat pohon Jati besar “Jannangen.” Berkat kerja kerasnya di dunia persepakbolaan yang selalu membawa harum MITRA FC, akhirnya Hamidi benar-benar dikontrak klub ibu kota kecamatan Gapura yaitu Gapura United dari 2018.

Hamidi yang lahir di Longos ini juga pernah merumput di Kandang Madura United FC, yaitu di Gelora Madura Ratu Pamelingan Pamekasan dalam Ajang Trofeo CUP yang mempertemukan SANJAYA FC (SAMPANG), HALILINTAR FC (PAMEKASAN) dan GAPURA UNITED FC (SUMENEP), dalam ajang ini GAPURA UNITED keluar sebagai juara dua karena kalah selisih goal dengan HALILINTAR FC.

Hingga saat ini masih terus aktif bermain dan berlatih meskipun bukan liga resmi dan di atas lapangan yang tidak hijau banget. Usia baginya hanyalah angka. Bermain sepakbola juga membangun silaturrahmi dengan klub dari berbagai daerah dan kawasan (REH).

Juru Warta       : Rowi El-Hamzi

maos jugan: sepak bola dan puisi tor ilusi mata manusia

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak