Noles Careta Pandha’: Upaya Revitalisasi Sastra Madura
Sumenep – lalampan.com – 1446. Di tengah derasnya arus
modernisasi dan globalisasi, bahasa daerah seringkali menjadi “korban” yang
terpinggirkan. Namun, Komunitas Damar Kambang Sumenep hadir dengan langkah
nyata untuk menjaga dan menghidupkan kembali bahasa Madura melalui sebuah inisiatif
literasi yang menarik: Lomba Menulis Cerita Pendek atau Noles Careta Pandha’.
Kegiatan ini berlangsung sejak Februari hingga Mei
2025 dan terbuka untuk pendidik serta masyarakat umum di Kabupaten Sumenep.
Lomba ini bukan sekadar kompetisi biasa, melainkan sebuah upaya untuk
menjadikan bahasa Madura sebagai sarana ekspresi budaya sekaligus media
pendidikan yang relevan dan hidup.
Maos jugan
- Sobung Banne Tadha’
- Oca' se aguna'agi akantha tor parsasat
- PERIBAHASA MADURA
- Kamus Bahasa Madura
- Ma Ma’na Sanat
Bahasa Madura: Lebih dari Sekadar Komunikasi
Menurut Nurut Taufik, Koordinator Komunitas Damar
Kambang, lomba ini lahir dari kekhawatiran terhadap minimnya karya sastra
berbahasa Madura. “Bahasa Madura bukan hanya alat komunikasi sehari-hari, tapi
juga wadah pengetahuan lokal dan identitas budaya. Melalui lomba ini, kami
ingin menciptakan ruang produktif agar karya-karya sastra Madura bisa terus
bermunculan dan memperkuat eksistensi bahasa ini di tengah tantangan zaman,”
ujarnya.
Menelusuri Jejak Cerita Madura
Dari puluhan naskah yang masuk, sebanyak 15 karya
berhasil melewati tahap seleksi dan kemudian dinilai secara seksama oleh dewan
juri. Empat cerita terbaik akhirnya dipilih sebagai pemenang dengan berbagai
latar dan tema yang kaya akan nilai lokal.
Juara pertama diraih oleh Utsman, S.Pd. dari MA
Raudhatut Tholibin Sumenep dengan cerpennya berjudul Mano’ Koju’ Rowa Amonye
Pole. Posisi kedua ditempati oleh A. Warits Rovi dari MTsS Al-Huda II lewat Reng
Bine’ se Acaca ban Dhaun. Juara ketiga dan keempat masing-masing diraih oleh
Amin Sakir, S.Pd.SD dari SDN Kertagena Laok 1 dengan Tadha’ Kasta e Adha’,
serta Nurul Zuis Ning Prihatin, S.Pd.SD dari SDN Kertagena Tengah 3 dengan Kanca
se Saongguna.
Kolaborasi untuk Bahasa dan Budaya
Lomba ini terlaksana berkat kolaborasi multipihak,
termasuk dukungan pendanaan dari program Corporate Social Responsibility (CSR)
Penerbit Erlangga. Nurut Taufik menegaskan bahwa sinergi dengan dunia usaha
sangat penting untuk menopang gerakan berbasis komunitas yang kerap terkendala
dana.
Maos jugan
- Tasdid dhalem Basa Madura
- Oca’ Bakal dhalem Basa Madura
- resensi: Mertè Bhâsa Lèbât Karya Sastra
- Rèng Binè’ Ḍâlem Kepkeppan Jhâman
- Memahami Fikih Pandemi
Dukungan dari Pemerintah Pendidikan
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Sumenep, Agus Dwi
Saputra, memberikan apresiasi tinggi terhadap langkah ini. Ia menilai
revitalisasi bahasa Madura melalui literasi kreatif sebagai strategi penting
agar bahasa daerah tidak punah.
“Bahasa Madura adalah warisan budaya yang sangat
berharga. Melalui literasi, kita tidak hanya mengembangkan kemampuan berbahasa
peserta didik, tetapi juga menanamkan kesadaran akan identitas lokal yang harus
terus dijaga,” kata Agus.
Lebih jauh, Agus menegaskan pentingnya kesinambungan
program seperti ini agar lahir generasi penulis yang mampu berpikir dan
berkarya menggunakan bahasa ibu mereka sendiri.
Mencipta Ekosistem Literasi Berkelanjutan
Dengan pendekatan partisipatif dan semangat komunitas, lomba ini diharapkan lebih dari sekadar menghasilkan karya sastra. Lebih penting lagi, ia diharapkan mampu membangun ekosistem literasi yang mendukung pelestarian bahasa Madura secara berkelanjutan, sebagai warisan budaya sekaligus identitas masa depan.
Usul: puisi-puisi bahasa madura itu dibikin seperti quote, atau diedit pada sebuah gambar agar lebih dekat ke masyarakat. Permudah keterbacaan akses terhadap bahasa madura lewat media/cara populer.
BalasHapus