Pusara Munir Said Thalib
Mestinya
kau ada
dan
kita bisa bersama
lebih
lama
menyapa
rekah bunga
Di
kota Batu
yang
selalu dirindu
dan
kau bangga-banggakan itu
gigil
gerigi kabut waktu
makin
menebalkan ingatan kelu
Padang
luas kematian membisu
kami
mencarimu
Hanya
geletar uar kata
menghangatkan
jiwa
menebah
perdu doa
membakar
semak rahasia
Di
celah akar tegar kamboja
tabah
nisan menandai pusara
di
samping kau dibaringkan
dekap
kasih ibu terbaring juga
Di
antara kubur orang-orang biasa
Februari,
2021
Maos jugan
- Sepak Bola Adalah Sarana Agar Kita Sejajar di Mata Dunia
- Sobung Kritikus Sastra e Madura
- Carpan: Santrena Aebuwan
- Sobung Banne Tadha’
- Oca' se aguna'agi akantha tor parsasat
Pelabuhan
Paotere' (II)
Ucapkan
salam
pada
senja pulang
dan
malam menjelang
setulus
pelabuhan
berangkatkan
penumpang
lalu
mendekap
semua
yang merapat datang
Kapal
dan perahu
diam
namun menderu
dalam
jangkauan pandang
masih
berkibaran
bendera
tiang-tiangmu
Daya
kerja memang tak pernah berhenti
meski
sangar hari kembali menampar mimpi
meski
si jelata lelah telah menepi
meski
si kuasa pongah masih berpaling sangsi
Sedang
aku dan laut
tambah
erat berpagut
setelah
riakan gelombang
yang
datang pergi perlahan
dengan
hati hangat
anginnya
menambat
Ada
cahya bulan pualam
melandai
turun ke wajah lautan
bagai
sepuhan lorong kencana
menuju
misteri rahasia jelita
Ibu,
berapa lamakah usia tempuh
menjalani
kelahiran sendiri hingga ruh
Ibu,
pada maut laut hidup bertaut
takdir
dan nasib jadi ikut bergelut
Dan
pada antrean truck angkutan barang
pada
abang-abang yang tidur bertirai plastik
di
jok depan becaknya di jalan menuju pelabuhan
pada
mereka yang berumah di sudut-sudut dan emperan
pada
satpam yang duduk tertidur di kursi jaga malam
pada
bangkai-bangkai ikan berceceran
pada
tikus got yang mengorek-ngorek sampah makanan
pada
warung makan bagi kasbon dan hutang
lepas
kuhaturkan salam setulus pelabuhan
Biar
sepi yang sempat lahir
karena
kerling sinar lampu
dari
ketinggian puncak mercusuar
segera
dicibir kerlipan nakal
semarak
warna cahaya lampu
dari
tiang-tiang pinggir jalan
dan
kapal perahu bersandar
Sepanjang
dermaga
ke
lantai di bawah mercusuar itu
kau
akan makin tahu
mengapa
laut dan aku
terikat
akrab selalu
Dari
tebaran jiwa pulau-pulau
terus
dikebas-kibarkannya rindu
dengan
bentang layar langit biru
18
Maret, 2018
Maos jugan
- Sanja'; Dudul
- Carpan: Andharun
- Oca’ Pangalemma Anggota Badan
- Paparegan Madura
- Peribahasa Madura, Sanja' Kona
Di
Cafe Ini
Malam
yang turun di luar
menghapus
segala bayangan
di
muka kali mengalir keruh
di
ruas jalan landai tergenang
juga
di warna tembok kusam
Di
cafe ini
beberapa
pengunjung
mulai
beranjak pergi
akan
meninggalkan jejak
kesunyian
pada dingin
yang
perlahan merambat
dari
tepian pigura
dari
garis coretan iseng
ke
setiap sudut ruang
ke
kaki meja dan kursi
Sementara
putaran lagu
juga
satu dua percakapan
masih
saling meningkahi
Di
cafe ini
nanti
kulayani sekecap suara
dalam
diam mengelam
sebab
kata kadang tak cakap
mengungkap
kegelisahan
Mungkin
kelak cinta
dapat
juga terbaca
lewat
gemeretap langkah
kaki
yang meretas jalan
ke
suatu tempat
di
mana lengan kesedihan
sudah
lama menunggu
untuk
saling berdekapan
Sekali
lagi kutoleh
jendela
berkaca buram itu
sekedar
mengira ilham
akan
lahir dari desah
angin
di kisi-kisinya
sekedar
menakar tegur
yang
datang dari tegang
kenyataan
di sebaliknya
Sementara
di sekitar
kudapati
udara berat
seperti ditaburi duka
pada
hisapan penghabisan
sisa
lagu tanpa percakapan
tergesa
menyalami sunyi
yang
mulai mengambang
di
antara buku menu
dan
lelah tatapan pelayan
November 2016