Takdir di Sepertiga Malam

cerpen, siti rukaiyah, sastrawan perempuan madura, the best. Madura adalah kita. aktifis, madura,


Malam ini, sayup-sayup rindu diantara para tamu tuhan mulai berkumandang, katanya dalam rangka menyambut malam lailatul qadar. Aku santri, yang juga merindukan bait-bait puisi, yang mengamini do’a Mas Ilham di akhir perjumpaan kami, 1 hari sebelum aku akhirnya resmi menjadi santri di pesantren ini. Hari demi hari terus saja berjalan  dengan segudang nikmat tuhan, hingga Aku lupa bahwa tahun ini adalah tahun kedelapanku di Pesantren Darussalam. Dan Mas Ilham masih saja, menjadi sosok calon imam yang paling kuamini.

“Indah, kamu disambangi”

“Ha? Kok bisa, mah?” Mamah dengan nafasnya yang masih terengah-engah memanggilku, segera ku hapus air mata yang membersamai ingatanku pada Mas Ilham. Pikiranku berkelana, mencari tuannya, entah bagaimana dan kenapa Aku disambangi masa-masa tahajjud seperti ini. Hatiku sakit, dadaku sesak ketika kulihat ternyata yang menyambangiku adalah umma Aminah, ibu mertuaku. Kucium tangan beliau, beliau masih dengan senyum ramahnya, Aku semakin bingung karena ummah tak terlihat gelisah, tapi kenapa hatiku terasa sakit, apakah hanya karena rinduku pada Mas Ilham???

“Umma, Ada apa menyambangi Indah masa-masa tahajjud seperti ini, adakah hal penting yang harus umma sampaikan?”

Umma masih setia dengan senyumnya hingga akhirnya bulir air mata juga mengalir dipelupuk matanya. Aku memeluk umma, dirasakannya tubuh umma yang bergetar hebat, ku elus lembut punggung umma hingga akhirnya tangisnya mulai reda dan menatapku kembali masih dengan senyumnya.

“ Indah……..”

“Iya, umma?”   

“ Tadi, sebelum Mas Ilham pergi, Mas Ilham nitip Indah ke Umma, Mas Ilham bilang ke umma, bahwa Indah adalah gadis sholehah, Mas Ilham juga yakin kalau Indah bisa menyuarakan aspirasi lewat literasi bukan seperti Mas Ilham yang berkoar-koar di jalanan” Tangis umma kembali pecah.

“Pergi??? Umma, Mas Ilham pergi kemana? Jadi  berangkat S3 ke Mesir, umma?”

“Jam 01.00 dini hari tadi dikabarkan bahwa pesawat yang Mas Ilham tumpangi jatuh, dan nyawa Mas Ilham tidak bisa diselamatkan, Allah lebih dulu memanggil Mas Ilham Indah…” pelukanku pada Umma meregang, badanku lemas, bulir air mata terus saja membanjiri pipiku. Hatiku Sakit.

“ Indah, tenangkan dirimu.” Dawuh Ustad Akbar disamping kami, entah sejak kapan beliau berada disini. Kutundukkan kepala sebagai rasa hormat kepadanya.

“Shalatlah, tenangkan hatimu, Umma akan saya ajak ke rumah.” Ustad Akbar kembali mengingatkanku. Tapi, Apa Aku tidak salah dengar, Ustad Akbar memanggil Umma dengan sebutan Umma. Maksudku, ini tidak biasanya, tidak biasanya beliau memanggil ibu dari seorang santrinya dengan sebutan itu, meskipun Aku tau bahwa Mas Ilham adalah teman karib Ustad Akbar. Aku coba mencerna, tapi Aku tidak focus, ku ikuti saran ustad Akbar untuk segera mengambil wudhu’ dan sholat .

Maos jugan

# # #

Malam ini malam 17 Ramadhan, Aku masih dengan kekalutan pikiranku, berdiri di depan ustad Akbar.

“Ustad, saya tidak pantas”

“Kamu pantas Indah, hanya saja saya faham, bahwa hatimu masih milik Ilham, tapi izinkan saya mencintaimu dengan cara saya, atau setidaknya izinkan saya membalas jasa Ilham kepada saya, tolong Indah..”

“Ustad, saya mohon jangan memohon kepada saya, saya semakin merasa hina, maafkan saya ustad, tapi jika ustad memang merasa saya pantas, maka saya yang mohon ajari saya menjadi seorang istri yang pantas untuk seorang putra kiyai”

“Indah, tanpa kamu minta itu adalah tugas seorang suami membimbing istrinya menuju syurga-Nya dengan selalu berada di jalan-Nya. Terima Kasih sudah memberikan saya kesempatan, saya berjanji tidak akan membuatmu bersedih”

“ Saya tidak pantas ustad…”

“ Hehe, sampai jumpa kembali dipertarungan sepertiga malam Indah, kita lihat do’a kita akan bertarung disana, setelah do’a-do’a yang telah saya panjatkan, saya tidak akan berhenti berdo’a untuk kita,  Assalamu’alaikum warahmatullahi wabaraktuhu”

“ Wa’alaikum salam warahmatullahi wabaraktuhu Ustad”

Aku masih setia dengan posisiku kali ini, berdiri, entah mengapa Aku tidak  merasa lelah, kubaca ulang surat dari Mas Ilham.

Untukmu calon bidadari syurgaku, Indah Rahmatillah………….

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabaraktuhu, Apa kabar hari ini? Sudah berapa buku yang sudah selesai dikhatamkan? Hafalannya juga sudah sampai mana, Mas sangat begitu kamu memutuskan untuk ikut program hafidzah. Mas yakin kamu bisa.

Kamu perempuan sholehah yang luar biasa Indah, jadi Mas rasa, Mas harus mengimbangi hal itu, sehingga akhirnya Mas pamit pada umma untuk melanjutkan study Mas, maaf Mas belum bisa pamit langsung, tapi itu tidak mengurangi cinta Mas sama kamu. Jangan sering nangis lagi ya…………harus kuat. I know you can.

pesawatnya 5 menit lagi berangkat………….kamu semangat yaaaa…………selama kamu di pesantren Mas sudah titipkan kamu sama ustad Akbar, dia bukan hanya sahabat tapi dia saudara kandung Mas, maaf Mas baru bilang, tapi dia sangat sholeh, jadi tidak heran jika dia diangkat menjadi anak Pak Yai dan Ibu Nyai. Hehe, beda sama Mas kamu ini, tapi Mas akan berusaha untuk selalu menyeimbangi bidadari Mas ini kok. Sampai jumpa kembali, Indah Rahmatillah, Bidadari syurgaku, Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabaraktuhu.

11 Ramdhan 1445 H.

 Muhammad Ilham Ali    

Bulir air mataku kembali jatuh, Mas Ilham begitu dalam menitipkanku pada Ustad Akbar, Aku tau  cinta Allah SWT lebih dariku dan Aku yakin takdir Allah SWT itu yang terbaik, Terima Kasih Mas, wish you all the best.


Maos jugan

 

 

Nama lengkap Siti Rukaiyah, tapi di dunia literasi lebih akrab disapa Siti Dzuhur, Dzuhur ya bukan ashar atau magrib apalagi subuh biar ndak ngantuk baca tulisanku.Hehe. Mahasiswa semester akhir di Universitas Annuqayah yang hinggap di prodi matematika hanya karena suka angka, karena kalo suka BTS nama Army. Kegiatan sekarang, Aktif di PAC IPPNU Dasuk dan PMII Komisariat Guluk-Guluk. Bisa dihubungi  lewat jalur e-mail:sitirukaiyah555@gmail.com  & ig:ryuka_sr , tapi kalo mau masuk syurga bisa lewat jalu ibaah yaa guys.Hehe. Salam Literasi. 

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak