Puisi Metamorfosa Manusia

Manusia Bermetamorfosa Mengikuti gairah kerakusannya, Puisi Metamorfosa Manusia, puisi, bahasa madura, carpan,


Tuhan telah memilihmu

Menghiasi jiwamu dengan kasih sayang

Sebagai bekal

Namun engkau slalu berusaha memandamkannya

Dengan keangkuhan

Dengan kebencian

Hingga rasa cinta di antara kita sangat cepat menghilang

Menyisakan keakuan yang semakin membatasi ruang gerak kepedulian

Maka

Jangan heran

Saat kekejaman merajalela dimana mana

Kebengisan dan keberingasan demi mempertaruhkan eksistensi dijadikan dalil pembenar

Hingga kemanusian pun runtuh

Menyisakan puing puing yang tak layak lagi disebut sebagai keadaban

 

Manusia

Bermetamorfosa

Mengikuti gairah kerakusannya

 

Cinta

Apakah sudah masanya engkau tiada berdaya

Pelan tapi pasti harus mati

Terkubur dalam jiwa manusia manusia dipuncak kemajuan pengetahuannya

   

Kau

Yang terbangun dalam hati

Mengeja aksara jiwaku

Dalam selimut misteri

 

Duduklah bersila

Dalam seribu bahasa

Karena dengan cara itu

Pintu cintaku akan terbuka


Maos jugan


Aku

Tidak seperti layaknya

Yang kau mengerti

Dari retorika umumnya

 

Bersemayamlah

Biarkan buih buih cinta yang akan menjelaskannya

 

 

Yang tidak baik

Lebih baik pergi

Seperti terusirnya awan tersapu angin

Dan tak menyisakan apapun walau setitik

Menghilang

Tanpa bekas

 

Terusirlah seperti asap buyar

Dalam udara tanpa rupa

Menghalau wajah kelam pembangkangan

 

Berlalulah

Menuju ruang ketiadaan

Tempat tanpa makna

Dari segala penyimpangan

Sebab kebaikan akan mengambil peran penyesuaian

Demi memacu senyum untuk mengembang

 

 

Aku tahu

Semuanya dapat dibuat di Cina

 

Kecuali keberanian

 

Dan hari ini

Ku temukan keberanian itu di Palestina

Diwajah anak anak

Di raut para perempuan yang menitikkan air mata lalu tersenyum

Dan terutama pada pergerakan para patriot diantara desingan peluru, dentuman bom serta konvoi kendaraan lapis baja

 

 

Jika harus kembali

Mengapa harus memaksakan tinggal

Percuma

Kau sulap ruang seindah mungkin

Sedangkan pasti akan kau tinggalkan

 

Jika harus pergi

Mengapa memaksa untuk tetap bertahan

Toh kepergian adalah satu satunya pilihan yang tak pernah dapat dihindarkan oleh siapapun

 

Biarkan tangan waktu menggenggam

Dan mengajak kita

Laksana debu diterbangkan angin

Yang entah kemana arah tujuan singgah sesukanya

 

Tersenyumlah

Dalam layanan dekap takdir

Ia hanya ingin membawa dan mempertemukan mu dengan Dia

Pecinta yang sesungguhnya


Maos jugan

 

Bermula dari ombak pasang

Yang menyediakan ruang

Bagi tubuhku

Ulakan air melahirkan kata-kata

Yang berloncatan seperti lidah api

 

Di paha-paha batu karang

Kata-kata bergerak dan meluap

Aku pun terdesak

Ke sudut sempit selangkanganmu

Yang gelap. Sebuah persetubuhan sunyi

Waktu yang terus menari dan menyanyi

Menciptakan ruang-ruang murni

Di balik ceruk ombak

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak