Aku
tidak tahu --- bagaimana kusampaikan cintaku
Ketika
semua kata-kata bertekuk lutut di bawah rezim perasaanmu yang entah
Sejuta
portal kepongahan ditancapkan pada semesta akalmu
yang
semakin mengelam
Seolah-olah
aku tak perlu belajar tentang kehidupan
karena
keghaibanlah yang dianggap segala makna iman
Nurani
ini pun turut terpasung oleh rindu malang itu
Dan
membiarkan arogansi waktu yang melintasi sejarah
berlalu
begitu saja ke hadirat sunyi (juga kenangan)
Aku
pun berusaha bersimpuh dalam lembah pemujaan
Mabuk
diantara bunga-bunga yang dilayangkan doa
para
penghamba --- ke hilir angin
Kukemas
kata-kata dengan sehelai cahaya bulan
agar
langit selalu tersipu di hadapan matahari,--
di
hadapan para malaikat, ---atau pun di hadapan dewa-dewa keadilan.
Tiba-tiba
aku lesap dalam kealpaan, sejagad tanda hilang dari nadiku
Tapi,
aku harus mencintaimu, ---tetap mencintaimu
memujamu
meskipun dalam ketidak-berdayaan
dan
(mungkin) kematian
Melukiskan
matamu sebening mentari surga
telingamu
menyimpan kabar berkah tentang puisi
idungmu
pemilik segala wewangian
mulutmu
memancarkan sabda-sabda tentang asmara
Ah,
betapa cintaku semakin mendalam
nalarku
yang bodoh dan lumpuh, tiba-tiba kehilangan tanda dan kata-kata
hingga
tak tahu lagi bagaimana cara memuja.
Chairil
Anwar Street, 2020
PERCAKAPAN
DINGIN
DI
RUANG BACA
Angin
mengusap ventilasi
bunga
bakung
dan
sebuah rak tua
Taman
itu beku
dalam
anasir
menanggung
riwayat
Tentang
kata-kata
kenapa
memar
di
pasar-pasar
Tentang
udara
kenapa
cemar
pada
tiap debar
Suara-suara
kecemasan
keganjilan
kegelisahan
hanya
diam-diam
terpaku
ditelan
dingin pintu
Batuputih,
2019
TENTANG
KAMAR
DALAM
CERMIN RIASMU
Di
ruang yang tak kau tembus
kata
menjelma jendela
membingkai
kegelisahan
dalam
dada
Cinta
dan rindu hanyalah tanda
dari
segala yang tak terlukis
tempat
menambang segala maksud
menjadi
pengertian
Garis-garis
melintang
terbujur
membenteng batas mimpi
dan
kesangsian
Berpijar
padang-padang ruh
tanpa
tuan
gugusan
hasrat melebur
ke
medan aksara
Sekeping
daun pintu terbuka
di
sudut wajahku
menyambut
setiap kekasih
pulang
ke palung
kehidupan
Batuputih,
2019
PELAJARAN
DARI
RUMPUT
Perihal
rumput-rumput
di
halaman belakang
apa
yang dicita-citakan
ia
berbunga
meski
diam
wajahnya
tegar
tanpa
gejolak
Di
atas kering tanah meranggas
ketabahan
tak punah-punah
tangkai
tegak
tak
jua rebah
ia
yang tunas-tunas ketenangan
kepadakukah
tengah
berguru.
Batuputih,
2019
HARMONI
SAYAP WAKTU
Akulah
kepak mentari
sayapku
lengkung pelangi
membentang
antara
gugusan kabut kelam
mata
nyalang
dengan
kelopak cakrawala
menghalau
pekat
kegelapan
Akulah
kepak mentari
terbang
dengan liuk gelombang
antara
usia dan bayangan
sinarnya
terang
dalam
cermin terurai
memantulkan
setiap asa
menebar
segala rasa
Batuputih,
2019
SEHIDANG
KEGELISAHAN
Sepanjang
jalan itu, kubeli hidupku
pada
sepiring keabadian
berasa
kedamaian
setitik
pedas menggoyang lidah puisi
Berikan
aku hidup selebar nampan jiwaku
sekerat
kebebasan yang kau hidang
penuh
kenikmatan
dengan
aroma menggelora
Sepanjang
jalan itu, langit menabur makna
pada
relung-relung dadaku
tentang
penantian
tentang
pengharapan
atas
segala kegelisahan dan kebosanan
yang
merajam
merongrong
dan menghantam dasar perutku
Berikan,
berikan aku sehidang kehidupan
pada
semangkuk cakrawala
agar
mimpi bertandang dan waktu terus bergulir
agar
sukmaku tak selalu kenyang
dengan
rindu tanpa ujung
Batuputih,
2019
Zam’sta
adalah pria kelahiran Batuputih, Sumenep Madura. Pria yang biasa disebut Zam
ini perna melanglangbuana hingga Daerah Istimewa Yogyakarta, dalam upaya
menyelesaikan studi strata satu namun apalah daya, tak semua perjuangan berakhir
indah, kini memilih menetap di Batuputih bersama Lesbumi dan komunitas Sastra
lainnya.