Kampus UK

Cerpen Mat Toyu, sastra indonesia, bahasa madura, kerrong ka omba'


Okey baiklah… aku akan melanjutkan cerita waktu aku kuliah di UK saja, dari pada bingung-bingun dan bengong sendiri, setelah pujaan hatiku tak kunjung datang, tak mau ikut pergi bersamaku, menaiki kereta jalur pantai selatan ini, biarkan dia pergi dengan kemauan-kemauannya sendiri, mau diperbagaimanakan lagi kan. haha

di kampus UK ini, kampus Universitas Kalisanat memang fokus pada dua hal, kesehatan dan kelautan, tidak hanya fakultas ilmu kedokteran, fakultas kedokteran, fakultas kebidanan, fakultas keperawatan, mulai dari perawatan rambut, kepala, mulut-gigi, THT, dan berbagai perawatan lainnya, fakultas ilmu kesehatan itu sendiri. Di bidang kelautan, tidak sekedar Fakultas ilmu kelautan, tapi lebih terfokus, seperti Fakultas kemaritiman, archipelago, pelayaran, ilmu perahu hingga kapal-kapal besar, belum lagi berbicara mengenai ilmu kebandaran, syah Bandar, belum lagi memfokuskan pada ikan air laut dan ikan air tawar, serta biota lautnya. Apakah tidak ada fakultas ilmu agama di UK?

Oh… kampus ini terbuka untuk seluruh mahasiswa dari berbagai kalangan, tanpa membedakan agama suku atau pun ras tertentu. Agama disini dijadikan landasan spirit pendidikan dan pengajaran, semua program studi “pasti” selalu ada mata kuliah (pelajaran) agamanya. Meskipun masyarakat didominasi oleh pemeluk agama ajaran Muhammad yang dibawa oleh pedagang bangsa Gujarat, namun tak ada paksaan untuk login pada agama-agama tertentu. Dapat kita saksikan, terkadang ada orang sembahyang, shalat, berdoa dengan caranya dan kepercayaannya masing-masing.

Maos jugan

Aku sendiri mengambil program studi Ketahanan Pangan Laut di Fakultas Ilmu Pangan Laut, meskipun secara sederhana mempelajari ikan-ikan yang bisa dijadikan makanan, beserta bagaimana cara mengolahnya bahkan hingga pemasarannya. Perdebatan-perdebatan sering terjadi sebab ketahanan pangan selalu menuai kontroversi, apalagi akan mengupayakan ketahanan pangan laut, dimana laut, kemaritiman menjadi persoalan lain yang tak kalah menariknya. Kita terlalu lama memunggungi lautan, dan ketika kita berhadapan dengan lautan, kita merusaknya hingga tak terkira.

di awal-awal aku kuliah, sampah berserakan dimana-dimana terutama di kawasan pantainya, di sisi-sisi pelabuhan, sungguh mengerikan. Seperti monster yang sangat mengancam kehidupan. Jika dilihat hari ini memang sungguh luar biasa perubahannya. Semua orang ingin menetap disini, kebersihan terjaga, orang tak lagi membuang sampah sembarangan, apalagi membuang kelautan. tentu membutuhkan panjang, melelahkan dan harus dibayar mahal segala upaya perubahan ini. Aku memang berpikir, bahwa ketahanan pangan laut akan sia-sia jika lautannya sendiri tidak bersih. Kita tidak tahu, apa yang akan dimakan oleh ikan-ikan itu, apakah menikmati sampah, popok, dan beragam sampah plastiknya, bagaimana jika itu dimakan oleh ikan, lalu dimakan oleh manusia.

tentu saja itu akan berdampak buruk pada kehidupan manusia, mungkin hari ini memang belum terasa, tapi kami sering mendengar harus opname, operasi ini dan itu. Ya itu memang Rumah Sakit Kalisanat yang memang tempat belajar praktek mahasiswa-mahasiswa kampus ini. Temanku, Sidharta, kuliah di program studi ilmu bedah, agar dirinya menjadi dokter bedah, bercerita padaku tentang orang-orang yang akhir-akhir ini mulai banyak yang mesti dibedah. Menurutnya penyakit-penyakit di luar dugaan seperti bermunculan, banyak sekali dan beragam. Menurutnya, ini terjadi karena pola makan yang tidak sehat.

Maos jugan

apakah tidak ada program studi ilmu kecantikan, estetika kecantikan? Jangan ditanya, dokter-dokter kecantikan, dosen di program studi estetika kecantikan itu, seperti bukan dosen, jika kami hidup di pulau ubi, awal aku masuk kuliah, memang terkejut dan nyaris terkedut, bagaimana tidak, mereka cantik luar biasa. ku kira mereka bukanlah dosen, tapi ternyata mereka adalah orang-orang penting di kampus ini.

mahasiswanya pun dari kalangan atas, karena biayanya yang sangat mahal kalau berbicara estetika kecantikan, apalagi bedah wajah, dan lain sebagainya. Kendaraan mereka pun tidak main-main, bukan mobil-mobil murah yang biasa dipake orang pada umumnya. Itu baru mahasiswanya, apalagi pejabat-pejabat kampusnya. Aku sampe geleng-geleng kepala melihat semua ini, terjadi di Pulau Ubi, di Pelabuhan Kalisanat.

Sebuah Kawasan yang nyaris terlupakan, tak mau dikunjungi orang, dibiarkan begitu saja, pembangunan terbengkalai, orang-orangnya mengeluh setiap hari, seperti tidak mau bekerja, makan se adanya. ah… Hari ini, ia menjadi pusat of the pusat.


Cerita sebelumnya: Kota Tua dan UK

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak