Di Dekat Pos Kamling

sastrawan madura, ach jazuli, mat toyu, sumenep, bahasa madura, the soul of madura, the epicentrum of madura, sampang, politik, ekonomi, pendidikan, madura



Kala itu Rina dan adiknya di panggil ibu tirinya untuk mendatangi suatu tempat.

"Rin, tolong besok, malam minggu kamu dan adikmu datang ke tempat peristirahatan kakekmu dulu. Di jalan Markisa dekat bekas Pos Kamling"

"Emang ada, bu?" Tanya Rina penasaran

Datang saja, nanti kamu juga tahu.

Sebagai anak yang penurut, Rina hanya bisa mengangguk walau dalam hatinya masih menyisakan pertanyaan besar. Apalagi pas tahu klo tempatnya dekat bekas Pos kamling.

Usut demi usut, bekas Pos kamling tersebut seringkali terdengar suara aneh.

Minggu lalu, tepat di dekat pos kamling tersebut. Pada malam yang tidak begitu larut. Suara tangisan seorang anak terdengar begitu jelas di telinga masyarakat sekitar.

"Eh, Sum. Kamu denger suara tangisan itu, gak?" Tanya seorang ibu-ibu pada pembantunya.

"Ya, bu. Saya dengar. Cuma mulai dari tadi saya tidak ngomong. Takut"

Suara tangisan itu semakin jelas. Tapi anehnya setiap kali dihampiri, pasti tangisannya semakin mengecil dan hilang. Di dekat pos kamling itu tidak ada apa-apa. Tidak ada bekas apa-apa.

"Sebenarnya kejadian aneh begini sudah sering terjadi sejak dulu. Konon di dekat pos kamling ini merupakan bekas tempat pesugihan yang meminta tumbal tapi belum ditepati" Kata Pak Harto saat ngobrol dengan masyarakat lain menuju pulang.

"Terus sampai sekarang masih meminta tumbal?" Tanya salah satu warga penasaran.

"Klo itu saya tidak tahu pasti. Tapi kata Eyang Romo, tumbal itu sudah sempat diberikan tapi kurang. Makanya tempat itu mencari tumbal sendiri. Ia akan menjadikan tumbal anak yang bersaudara. Hati-hati jika punya anak bersaudara dan masih kecil-kecil semua. Bahaya" Tegas Pak Harto.

"Makanya klo malam, saya larang warga saya membawa anaknya keluar malam lewat dekat pos kamling itu"

Malam semakin menjadi-jadi. Gelapnya sudah mempekat. Tangis itu sesekali kembali. Terdengar lagi. Hilang lagi. Terdengar lagi. Tak ada satupun masyarakat yang menghampirinya lagi. Apalagi yang punya anak kecil bersaudara.


Maos jugan

Di rumah Rina, ibu tirinya masih sibuk beres-beres  untuk persiapan dinas ke luar kota selama tiga hari. Ibu tiri Rina merupakan seorang karyawan di salah satu perusahaan yang cukup terkenal di kota itu. Ia sebagai sekretaris pribadi direkturnya. Jadi kemana-mana ia pasti membersamainya. Kemana-mana selalu berdua. Bahkan setiap harinya, ia tidak jarang pulang sampai larut malam.

"Ibu kok sering pulang malam terus...?"

"Anak kecil tidak usah banyak tanya. Di kantor pekerjaan numpuk"

Sehabis membereskan semua barang bawaanya. Ia pergi ke kamar tengah. Mengambil berkas map kuning. Ia menyodorkannya pada Rina di ruang tamu.

"Rin, ini tanda tangan dulu sebelum tidur"

"Apa ini, bu..?" Rina penasaran. Tidak ada angin. Tidak ada hujan tiba-tiba dirinya disodorkan map dan disuruh tanda tangan.

"Sudah, cepat tanda tangan aja. Ibu besok berangkat subuh. Takutnya kamu belum bangun" Ia mencoba memaksa Rina.

"Tapi, bu..."

"Ah, sudahlah. Nurut saja. Apa susahnya, sih. Cuma tanda tangan" Ia langsung memotong pembicaraan Rina.

Karena Rina tidak diberi kesempatan untuk bicara. Akhirnya tak ada pilihan lain. Tanpa mengetahui maksudnya apa. Rina langsung menandatangani berkas itu.

"Bagus. Dan satu lagi. Besok malam jangan lupa pergi ke pos kamling. Tempat peristirahatan kakekmu dulu"

"Sebelum berangkat. Kunci rumah kamu taruh di bawah pot bunga depan. Dan ingat, jangan bawa siapapun. Kamu harus berdua saja bareng adekmu" Tegas ibu tirinya.

"Sekarang tidur. Istirahat. Sudah malam. Ibu juga mau tidur. Besok berangkat"

"Ya, bu".

 

Tambaksari, 2022

* AJAZ Elmazry aropa’agi nyama khusus dhari Ach Jazuli. Lanceng paneka babbar e Disa Tambaksari, Rubaru, Songennep. Nganthang asakola dhri SDN Tambaksari tello’ tor lastare tawon 2010, nerrossagi mondhuk sambi asakola Tsanawiyah (2013) tor jugan Aliyah (2016) e Darul Ulum Prongpong. Lanceng se pelka’ elmo paneka nyare sakola’an se lebbi tenggi, mela dhari paneka, aba’na acangrep ka Program Study Tadris Bahasa Indonesia, Fakultas Tarbiyah, IAIN Madura, tanto kodu maso’ dhari S1-na, lastare tawon 2020. Aromasa ta’ cokop tor gi’ aromasa kakorangan elmo. Aneka lakar lanceng se korang ajar. Korang malolo. Saenggana dha’ ka’dhimma bai etabang. Akadiya ka se kodu mangkat ka Malang, ajar e Magister Pendidikan Bahasa Indonesia, UNISMA Malang, Jaba Temor. Tanto ta’ ga-oga.  Samangken gi’ ngalakone tugas aherra se anyama Thesis.


Maos jugan

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak