Harlah Majelis Bulan Poernama: Menyalakan Cahaya, Merawat Kepekaan Sosial


Pragaan, Lalampan.com — Langit Pragaan pelan-pelan menua ketika lantunan Shalawat Burdah mulai terdengar dari pelataran sederhana, tepatnya di halaman utama Kecamatan Pragaan. Di sanalah puluhan kader Gerakan Pemuda Ansor dan Satkoryon Banser Pragaan berkumpul, duduk rapat dalam satu lingkar semangat, menyambut datangnya Tahun Baru Islam 1447 H sekaligus memperingati Hari Lahir (Harlah) Majelis Bulan Poernama.

Acara yang berlangsung pada Minggu malam 17 Sora 1447 (13 Juli 2025) itu, tak sekadar menjadi agenda rutin. Ia menjelma ruang silaturahmi, ruang menyulam ulang semangat kebersamaan, dan ruang menegaskan identitas pemuda Nahdliyyin di tengah tantangan zaman.

Tidak hanya dihadiri barisan Ansor dan Banser, kegiatan ini juga diramaikan oleh berbagai elemen masyarakat serta kader-kader badan otonom Nahdlatul Ulama lainnya — mulai dari Muslimat NU, Fatayat NU, IPNU-IPPNU, hingga sahabat-sahabat PMII Pragaan. Kehadiran lintas elemen ini menandai bahwa Majelis Bulan Poernama berdiri bukan hanya untuk satu barisan, melainkan untuk menjahit keakraban antar generasi dan menjaga cita-cita Nahdlatul Ulama tetap membumi di tengah masyarakat.

Dalam sambutannya, Sekretaris Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWC NU) Pragaan, Kiai Harir, memberikan apresiasi mendalam atas konsistensi yang ditunjukkan Banser Pragaan. “Kegiatan ini sudah berjalan selama satu tahun setengah secara konsisten. Ini bukan hal remeh — di sini ada semangat, ada dedikasi, dan itu adalah ciri insan organisatoris sejati,” ujar Kiai Harir, di depan lingkaran kader muda yang mendengarkan dengan khidmat.

Beliau juga menekankan pentingnya kepekaan sosial di tengah barisan hijau Ansor dan Banser. Bukan hanya rutin mengaji dan berdoa bersama, tetapi juga turun langsung menjawab persoalan nyata di tengah masyarakat. “Beberapa waktu lalu, Banser Pragaan turun tangan membersihkan lumpur pascabanjir di salah satu pondok pesantren. Itu bentuk kepedulian yang nyata. Namun, kita masih punya PR bersama, salah satunya tentang sampah yang belum tertangani tuntas. Tanggung jawab sosial ini harus kita pikul bersama,” lanjutnya, mengingatkan.

Suasana malam itu terasa sederhana. Panggung untuk para pimpinan dan masyaikh yang hadir. Barisan kursi untuk tamu, dan barisan Banser yang berdiri menjaga di sisi-sisi arena. Tapi justru di situlah keindahannya: suasana guyub, tulus, dan penuh kehangatan.

Setelah pembacaan Shalawat Burdah, satu per satu tokoh memberikan sambutan. Dewan Penasehat Ansor Pragaan, perwakilan MWC NU Pragaan, hingga Camat Pragaan, bergantian menyampaikan harapan agar Majelis Bulan Poernama bisa terus menjadi ruang berkumpul, belajar, sekaligus bergerak dalam tindakan nyata.

Puncak acara diisi dengan Mauidah Hasanah dari dua tokoh ulama setempat: Kiai Zainur Rohman Hammam dan Kiai Madzkur Wasik. Nasihat mereka meresap perlahan ke dada para kader muda. Tentang pentingnya menjaga tradisi, merawat adab, menegakkan barisan, dan menyalakan cahaya kepekaan sosial di tengah pusaran zaman yang berubah cepat.

Menjelang larut, acara ditutup dengan doa bersama yang dipimpin Kiai Hasbul. Wajah-wajah yang semula penat oleh tugas harian, kini tampak teduh. Tidak ada sorak sorai berlebihan, hanya salam-salam hangat, jabatan tangan erat, dan janji untuk terus merawat cahaya Bulan Poernama, agar sinarnya tetap memayungi Pragaan — menuntun langkah, menumbuhkan rasa, dan menegaskan siapa kita di tengah arus yang kadang memadamkan.


Sumber

*ansorpragaan.or.id

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak