Lalampan.com.
2023. Dalam tahun hijriah masih 1444. Karduluk merupakan salah satu desa yang
berada di Kecamatan Pragaan. Desa ini terletak di ujung timur kecamatan dan
berbatasan langsung dengan Guluk Manjung (Kecamatan) Bluto yang merupakan
bagian dari Kabupaten Sumenep. Kabupaten Ujung timur di pulau Madura. Sumenep
sendiri memiliki beberapa pulau bahkan ada yang mengatakan ada sekitar 137
pulau di Sumenep, baik yang berpenghuni sampai yang tidak berpenghuni, oleh
sebab itu ada sebutan Sumenep Daratan dan Kepulauan. Ujung timur Daratan
Sumenep adalah kecamatan Dungkek, sedang ujung timur kabupaten Sumenep sendiri
adalah Kangen dan pulau-pulau yang mengelilinginya.
Nah
di wilayah barat inilah ada kecamatan Pasongsongan, Guluk-Guluk dan Pragaan
yang berbatasan langsung dengan Pamekasan. Pragaan merupakan kecamatan di
pantai selatan yang dilintasi jalan nasional, sehingga mereka yang datang ke
Sumenep melalui jalur pantai selatan akan melintasi perbatasan Sumenep dan akan
langsung masuk ke Kecamatan Pragaan. Di kecamatan ini kalian akan berjumpa
dengan Pom Pertamina besar dan banyak Pom mini bertebaran, pondok pesantren
Al-Amien, IDIA, dan pondok-pondok lain yang tak kalah menarik, Masjid besar
GEMA, pelabuhan Aengpanas (salah satu yang menghubungkan Sumenep daratan dan
kepulauan) hingga desa Ukir, Karduluk. Kalian akan berjumpa dengan pintu
gerbang bertuliskan “Sentra Ukir Karduluk.” Berada dekat balai desa dan
lapangan Karduluk.
Dari
perbatasan Aengpanas-Karduluk kalian menikmati sajian berupa display beragam
ukiran di teras toko atau pun mebel, mulai dari kursi yang siap dipajang di
teras rumah, lemari, hingga dipan (lincak) yang semuanya terukir. Ada pula
beragam cendera mata, kaligrafi, hingga mimbar masjid serta beragam
pernak-pernik lain yang bisa dipesan sesuai harapan. Namun sayangnya untuk
cendera mata sangat jarang yang didisplay di toko serta tidak adanya tempat
untuk display (pameran), hal ini menyebabkan kurang terekspose, hanya
mereka-mereka saja mengetahui bahwa ada beragam keindahan ukiran Karduluk yang
kemudian bisa menikmatinya.
Desa
Karduluk yang memang melahirkan beragam Sumber Daya Manusia khusus dalam bidang
pengukiran, semestinya menjadi modal kuat untuk menjadi desa mandiri. Aktifitas
mengukir yang kebanyakan diturunkan pada putranya, juga menjadi tukang rapet
(pembuat lemari, dipan, dan kursi) merupakan modal yang tersedia secara kultur
untuk membangun desa mandiri. Keunggulan ini tidak dimiliki oleh desa-desa lain
yang tidak memiliki keunggulan dalam bidang tertentu. Meskipun hanya sebagian
yang mengukir, yang bisa mengukir, namun jika ukiran khas Karduluk ini
dipertahankan, ini akan menjadi modal kuat untuk kesejahteraa masyarakat. Butuh
pengelolaan dan kolaborasi yang seimbang antara pengelola desa (kalebun dan
perangkatnya) beserta masyarakatnya.
Pola
pendidikan mengukir pun tidak membutuhkan bantuan pemerintah, mereka yang ingin
belajar mengukir, hanya membutuhkan waktu dan alat ukir itu sendiri. Memasuki
zaman modern, digital, tentu ada beragam ukiran, model dan bentuk yang menarik
untuk ditiru, dimodif dan dikembangkan, tidak masalah meninggalkan pola ukiran
lama tanpa harus menghilangkan sepenuhnya. Hingga detik ini orang-orang dari
berbagai kawasan masih meminati ukiran khas Karduluk.
Sebagai
artikel ini, pernah membayangkan bahwa perbatasan Sumenep-Pamekasan terbuat
dari ukiran khas Karduluk, pilar kanan kiri terukir, begitu pula dengan hal
yang melengkung di atas, tentu orang akan terperangah dan bertanya, dimana desa
ukir ini, mengapa begitu megah? Namun sayangnya perbatasan Sumenep begitu
adanya. Ya udahlah. Namanya juga harapan anak semua bangsa.
Pemimpin terbaik adalah ia yang mampu mengeluarkan kemampuan terbaik dari
masyarakatnya untuk dijadikan kemajuan bersama. Dan seharusnya Pragaan menjadi
miniatur Sumenep.