UMKM Nak Kanak NU di Pragaan Fair: Meracik Kemandirian dari Jamu Herbal hingga Kerajinan Unik




UMKM Nak Kanak NU di Pragaan Fair: Meracik Kemandirian dari Jamu Herbal hingga Kerajinan Unik

Pragaan – Malam merangkak naik di Lapangan Desa Pakamban Laok, Kecamatan Pragaan. Di tengah kerlap-kerlip lampu hias dan denting thong-thong serek yang meriah, ada satu sudut yang perlahan menarik perhatian pengunjung. Di situlah UMKM Nak Kanak NU berdiri—menjadi salah satu bukti bahwa geliat ekonomi warga muda Nahdlatul Ulama (NU) Pragaan sedang tumbuh meski perlahan. Stand Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) milik Majelis Wakil Cabang (MWC) NU Pragaan ini hadir sebagai bagian dari kemeriahan Pragaan Fair 2025 yang berlangsung sejak 26 Juli hingga 9 Agustus.

Meracik Tradisi, Merawat Mandiri

Semangat kemandirian menjadi benang merah dari kehadiran UMKM Nak Kanak NU. Dikelola oleh Lesbumi Pragaan—Lembaga Seni Budaya Muslim Indonesia di bawah naungan NU—stand ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat jual beli, tetapi juga menjadi ruang perkenalan produk lokal. Di salah satu sudut, botol-botol jamu herbal tertata rapi. Pengunjung bebas bertanya tentang khasiatnya.

“Kami ingin memperkenalkan lagi jamu sebagai kearifan lokal yang menyehatkan, murah, dan dekat dengan keseharian warga,” ujar Mat Toyu, salah satu pengurus Lesbumi Pragaan, sambil melayani pembeli yang tertarik racikan jamu rempah.

Selain jamu, di sisi lain meja terpajang kerajinan tangan unik. Ada asbak berbentuk tengkorak, tangan, hingga kaki manusia—semuanya buatan tangan warga muda sekitar. Bahan bakunya berasal dari resin atau limbah kayu yang diolah menjadi kriya bernilai jual. Gantungan kunci berbentuk jari, kerang laut, hingga hiasan meja juga menambah variasi produk.

“Semua dibuat sendiri oleh anak muda sini. Modelnya sengaja kami buat agak nyentrik, supaya mudah diingat orang,” kata Alim, salah satu penjaga stand.

Pusat Belajar Mini

Meski berukuran kecil, stand ini juga berfungsi sebagai sarana belajar singkat bagi siapa pun yang tertarik. Beberapa pengurus Lesbumi dengan senang hati berbagi proses pembuatan kerajinan tangan tersebut, secara singkat.

“Kalau beli terus, kan habis uangnya. Kalau bisa bikin sendiri, keluarga tetap sehat tanpa keluar banyak biaya,” ujar Miftah, salah satu warga yang datang bersama anaknya. Baginya, stand ini bukan hanya tempat belanja, tetapi juga ruang belajar yang bermanfaat.

Berbasis Tradisi, Menguatkan Ekonomi

Pragaan Fair 2025 mengusung tema Tradisi Lestari, Kemandirian Ekonomi. Keikutsertaan UMKM Nak Kanak NU seolah menjawab tantangan tema tersebut. Ketika banyak anak muda enggan menyentuh sektor kerajinan tradisional, pemuda NU Pragaan justru mencoba memulai. Mereka ingin membuktikan bahwa identitas keagamaan tidak menutup peluang berkarya di ranah ekonomi kreatif.

“Banyak orang kira NU hanya soal pengajian. Padahal, budaya dan ekonomi juga bagian dari perjuangan. Kami di Lesbumi mencoba menghidupkan semangat itu. Produk dijual, hasilnya mendukung kegiatan seni dan budaya lagi,” kata Musyfik, yang malam itu tampak sibuk melayani pertanyaan pengunjung.

Dari Pragaan, Untuk Sumenep

Lokasi stand ini cukup strategis: berada di Lapangan Pakamban Laok, hanya beberapa ratus meter ke arah timur dari Tugu Keris—ikon di perbatasan Sumenep dan Pamekasan. Pengunjung dari dua kabupaten bisa dengan mudah singgah, sekadar melihat-lihat atau membeli. Tidak sedikit yang berhenti hanya untuk berfoto di depan stand, yang dihias dengan elemen tradisional seperti anyaman bambu dan lampu botol daur ulang.

Setiap malam, suasana stand semakin semarak seiring selesainya pertunjukan ul-daul dan thong-thong serek—dua kesenian Madura yang memeriahkan Pragaan Fair. Usai menonton, warga singgah untuk berkonsultasi kursus melukis yang akan dilakukan pada bulan agustus atau berniat membawa pulang gantungan kunci unik sebagai oleh-oleh.

Merintis Jalan Mandiri

Bagi MWC NU Pragaan, UMKM Nak Kanak NU bukan hanya program musiman yang berhenti ketika festival usai. Para pengurus berencana menjadikannya cikal bakal lahirnya ekosistem UMKM yang dikelola bersama—berbasis pesantren, komunitas, dan warga sekitar. Dalam rencana ke depan, mereka berharap bisa memiliki rumah produksi, membina lebih banyak warga, hingga memasarkan produk melalui toko daring.

“Kami ini masih belajar, masih merintis. Tapi kalau anak-anak muda mau serius, pasti bisa berkembang. Yang penting mau kerja bareng, saling berbagi ilmu, dan tetap menjaga tradisi,” tutup Musyfik, masih dengan senyum optimis.

Malam itu, di antara panggung hiburan Pragaan Fair, berdiri satu sudut kecil yang menyalakan mimpi: merawat tradisi, merajut kreativitas, dan meneguhkan kemandirian ekonomi. Dari Pragaan, untuk Sumenep, untuk Madura—dan semoga, menginspirasi banyak daerah lainnya.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak