Halal Bihalal NU Pragaan: Menjaga Tradisi, Menatap Ekonomi Umat

Halal Bihalal NU Pragaan: Menyambung Hati, Menjaga Tradisi, Menatap Ekonomi Umat


Halal Bihalal NU Pragaan: Menyambung Hati, Menjaga Tradisi, Menatap Ekonomi Umat

Pagi yang hangat menyelimuti Aula Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Pragaan, Ahad (21 Syawal 1446) itu. Jam baru menunjukkan pukul 09.00, namun ratusan warga Nahdliyin telah berkumpul dalam balutan sarung, kopiyah, dan senyum yang saling menyapa. Halal bihalal keluarga besar NU Pragaan tahun ini bukan sekadar ajang salaman dan maaf-maafan, melainkan juga medan silaturahmi ide dan arah gerakan.

Acara tersebut digelar dalam suasana penuh kekhidmatan, berbarengan dengan peringatan Haul 1 abad Syaikhona Muhammad Kholil Bangkalan—ulama karismatik yang menjadi guru utama pendiri NU, KH. Hasyim Asy’ari.

Para undangan datang dari berbagai unsur keluarga besar NU: Lembaga dan Badan Otonom seperti GP Ansor, Banser, IPNU-IPPNU beserta CBPnya, Pergunu, JQH, Pagarnusa, Fatayat, Muslimat, hingga seluruh ranting NU se-Pragaan, dan jajaran Syuriyah serta Tanfidziyah.

Namun siapa sangka, para kader muda NU tak hanya hadir sebagai peserta. Ansor, Banser, IPNU-IPPNU serta juga Fatayat menjadi garda depan suksesnya acara. Sejak pagi, kader Muda NU itu menjadi pemandu acara: mulai dari penerima tamu, ada yang bertugas sebagai MC, ada pula yang bertugas menyajikan hidangan berupa kopi hangat, menyanyikan Indonesia Raya dan Mars Syubbanul Wathon dengan penuh semangat. Di sisi jalan, barisan Banser-CBP sibuk mengatur lalu lintas, memastikan para Kiai dan Bu Nyai dapat menyeberang dengan aman di jalur utama Sumenep–Pamekasan.

Dalam sambutannya, Ketua Tanfidziyah MWCNU Pragaan, K. Hambali Makhtum menyampaikan pesan tajam namun bersahabat:

"Yang penting bukan menjadi apa di NU, tapi apa yang bisa kamu lakukan untuk NU. Apalagi jika sebagai pengurus harian; enggi alako."

Suasana menjadi hangat—guyub dan penuh semangat. Seruan untuk persatuan, kekompakan, dan partisipasi aktif menggema dari podium ke hati para hadirin.

Tak berselang lama, KH. Abd Warits Anwar, Rois Syuriyah MWCNU Pragaan, naik podium. Beliau menegaskan bahwa karakter utama NU adalah kekompakan dan persatuan. Tapi kali ini, ia mengajak hadirin untuk menengok sisi lain dari perjuangan:

"Persatuan itu penting. Tapi jangan lupa, ekonomi warga juga harus dikuatkan. Hadirkah Lembaga Perekonomian?" tanyanya, menatap seisi ruangan. Seorang pemuda berkopiyah rotan—yang mengingatkan pada kopiyah Gus Dur—mengangkat tangannya dengan tegas. Sederhana, namun sarat makna.

"Beberapa waktu lalu, saya sudah duduk bersama seluruh Ketua Ranting NU se-Pragaan. Banyak usulan muncul. Ini harus jadi perhatian serius bagi Lembaga Perekonomian." Tutur KH. Abd Warits Anwar. Nama Nanang, Ketua Lembaga Perekonomian MWCNU Pragaan pun disebut. Amanat disampaikan, harapan dititipkan.

Halal bihalal ini menjadi cermin kekuatan NU sebagai jam’iyah diniyah ijtima’iyah—organisasi keagamaan sekaligus sosial. Tidak hanya merawat ruh dan tradisi, tapi juga mulai menguatkan ekonomi sebagai tiang ketahanan umat.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak