Kader Bergerak, Sejarah Ditulis Ulang dari Pragaan
Lalamapn.com. 1446. PRAGAAN – Sebuah wilayah yang
dikenal dengan pesantrennya yang bergairah, kampus yang tumbuh di tengah
budaya, dan tugu keris yang menjulang sebagai penanda identitas Kabupaten Sumenep.
Pragaan, gerbang utama menuju Kota Sumenep dari arah barat sisi selatan, bukan
hanya menjadi perlintasan fisik, tetapi kini juga menjadi simpul baru
perlintasan sejarah kaderisasi.
Untuk pertama kalinya, Pergerakan Mahasiswa Islam
Indonesia (PMII) Komisariat Pragaan mengutus kader terbaiknya mencalonkan diri
sebagai Ketua Umum PC PMII Sumenep. Adalah Moh Zaki, sosok muda asal Desa
Pragaan Daya yang siap mengukir sejarah itu.
Senin (21/4/2025), pria yang akrab disapa Mas Jek ini
resmi mendaftarkan diri ke panitia Konferensi Cabang (Konfercab) XX PC PMII
Sumenep. Dengan wajah tenang dan senyum khas, ia datang membawa restu penuh
dari keluarga besar PMII Pragaan—dan tekad bulat untuk memberi yang terbaik.
“Alhamdulillah, saya direkomendasikan oleh PK PMII
Pragaan untuk maju sebagai bakal calon Ketum. Ini pertama kalinya dalam
sejarah, dan saya merasa terhormat bisa membawa nama Pragaan ke kancah pimpinan
cabang,” ujar alumnus UNIA Prenduan tersebut.
Lebih dari sekadar pencalonan, langkah Moh Zaki adalah
pernyataan sikap. Ia membawa semangat dari kawasan ujung barat Sumenep—yang
selama ini mungkin kerap luput dari sorotan kepemimpinan tingkat cabang—untuk
hadir sebagai kekuatan yang layak diperhitungkan.
“Kami ingin menunjukkan bahwa PMII Pragaan siap
berperan aktif, siap berkontribusi nyata, dan siap mengibarkan bendera
biru-kuning lebih tinggi di bumi Kota Keris,” tegasnya.
Pragaan bukan sekadar titik di peta. Ia adalah ruang
tumbuh nilai, ruang lahir gagasan, dan kini, ruang menanam harapan. Jika
semangat perubahan adalah kendaraan, maka Moh Zaki sedang bersiap menempuh
jalannya, tak hanya untuk dirinya, tapi untuk nama besar PMII Pragaan yang
mulai menulis sejarahnya sendiri dalam lembar organisasi tingkat cabang.
Konfercab tinggal menghitung hari. Namun getar sejarahnya telah mulai terasa sejak langkah pertama itu diambil—oleh pemuda dari sebuah desa yang yakin bahwa dari ujung barat pun, arah sejarah bisa ditentukan.