SYAWALAN IKA SUKA SUMENEP KE-X

ikatan alumni UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Muhammad Aminullah

Hari ini saya menghadiri acara Syawalan & Rembuk Warga Ika Suka Yogjakarta-Sumenep. Tema yang dipilih; "Arabat Magarsare." Syawalan Ika Suka Sumenep ini merupakan ajang silaturahim tahunan setiap tanggal 5 /6 Syawwal. Jika tahun lalu lokasi Syawalan Ika Suka Sumenep Ke-IX berlokasi di Pondok Pesantren Al-Karimiyah asuhan KH. Busyro Karim (mantan bupati Sumenep), kali ini tuan rumahnya adalah Dr. KH. Mohammad Hasbi yang juga merupakan dosen Universitas Annuqayah.

Lokasi acara Syawalan kali ini lumayan jauh dibanding tahun lalu. Pragaan. Setidaknya dari titik rumah saya ke lokasi. Karena lumayan jauh, saya berangkat agak pagi. Setelah menyelesaikan tugas harian ngopeni Ibu yang sakit stroke, motor saya gas menuju lokasi. Sengaja ibu saya openi lebih pagi dari hari-hari biasanya karena khawatir datang terlambat.

Saya memilih menggunakan rute arah barat. Dari Basoka-Rajun-Campaka-Gadu Barat tembus pasar Ganding. Kebetulan saya janjian berangkat bareng dengan Mas Moh Rasyid (teman pegiat literasi di komunitas Ghaik Bintang). Swalayan Kancakona 2 Ganding menjadi titik temu kami berdua sebelum berangkat bareng ke lokasi acara di Pragaan. Lokasinya tepat di sebelah utara Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan. Pas pinggir jalan raya.

Tiba di lokasi, yang datang rupanya baru beberapa orang. Lokasi acara masih sepi. Kami termasuk yang datang paling awal. Setelah bersalaman dengan Ketua Ika Suka Sumenep; Dr. Fathol Holik (dosen Tarbiyah IAIN Madura) dan beberapa senior lain, saya dan Mas Rasyid langsung mengambil posisi duduk bersama tiga orang alumni UIN Suka yang datang lebih awal dari kami. Salah satunya ternyata teman pondok Mas Rasyid di Ponpes Nurul Islam Karangcampaka Bluto.

Pukul 10.00 lewat 18 menit, acara dimulai. Diawali dengan doa pembuka oleh salah satu pengasuh Ponpes Al-Amien, lalu dilanjut dengan pamaosan Tahlil oleh KH. Hosnan Nafi' (Rektor Universitas Annuqayah) dan sholawat qiyam oleh Gus Zainur Ridha (teman Ansor di Ganding) kemudian dipungkasi pembacaan doa oleh KH. Abdul Wasid (Kepala Kemenag Sumenep).

Sebelum masuk ke acara inti, panitia memberikan doorprize kepada alumni yang beruntung. Acara Syawalan Ika Suka Sumenep ini dihadiri oleh seluruh alumni UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dari semua angkatan. Dari mulai alumni era kolonial hingga millenial. Dari angkatan tahun '90-an hingga 2024. Seru sekali. Selama acara berlangsung, seakan tak ada sekat antara angkatan senior dan junior. Cair banget.

Bahkan yang unik sekaligus mengharukan adalah saat KH. Shofiyullah (alumni senior) "turun gunung" majalan kardhus pada seluruh alumni yang hadir. Tradisi tahunan saat acara Syawalan. Sumbangan seikhlasnya untuk kas Ika Suka Sumenep. Kalian tahu sosok yang majalan kardhus? Ketua MUI Sumenep. Ngeri. Beliau memberikan contoh kepada kami para juniornya bahwa setinggi apapun pangkat/ jabatan, dibawah Ika Suka Sumenep, semuanya bak kawan sepermainan. Low profile banget.💚

Saat pemberian doorprize, seluruh alumni yang hadir disuruh menjawab pertanyaan dari para senior. Pertanyaan seputar kehidupan kampus UIN Suka Jogja. Hadiahnya beragam. Mulai dari kain kanebo, mukena (untuk alumni wanita) hingga kaos. Khusus kanebo, jumlah yang dibagikan sangat banyak. Rasanya hampir 50-70 bungkus kain kanebo. Saya dan Mas Rasyid termasuk yang beruntung dapat kain kanebo. Lumayan. Musim hujan. Bisa buat ngelap motor.😁

Meski sama-sama dapat kain kanebo, bedanya, jika Mas Rasyid dapat kanebo karena berhasil menjawab pertanyaan, sementara saya karena berkah ada di barisan shaf terdepan.😁 Saya sebenarnya sempat menjawab pertanyaan dari salah satu senior. Tapi sayang, salah.🤣

Lanjut ke acara inti. Serap aspirasi alumni angkatan muda. Demi perbaikan Ika Suka ke depannya. Pak Dr. Damanhuri (dosen Universitas Annuqayah) didaulat menjadi pemandu acara. Beberapa poin yang saya tangkap:

Pertama, jika biasanya temu Ika Suka hanya setahun sekali pada saat Syawalan seperti tadi pagi, maka ke depan perlu ada kegiatan lain yang lebih produktif-progresif. Misalnya, kajian-kajian keilmuan. Pak Daman memberikan "lampu hijau" dengan memberikan support lewat atensi pada kemampuan banyak alumni Suka yang memiliki kepakaran dalam banyak bidang, seperti banyaknya alumni UIN Suka Jogja yang menjadi akademisi dan penulis.

Kedua, penentuan tuan rumah syawalan tahun 2026. Sudah menjadi keharusan, setiap momen syawalan, tuan rumah di tahun berikutnya harus ditentukan saat itu juga. Dan terpilihlah tuan rumah tahun 2026 adalah KH. Hosnan Nafi' (Rektor Universitas Annuqayah).

Ketiga, mulai tahun depan (2026), tuan rumah acara Syawalan Ika Suka Sumenep akan mendapatkan subsidi yang diambil dari uang kas. Jadi uang hasil "kardus mutar" akan digunakan untuk subsidi tuan rumah acara syawalan. Meski alumninya sudah banyak yang sukses, mulai dari pejabat pemerintah semisal anggota DPR, Kemenag, pengasuh pondok, dosen dan rektor, pengusaha dan lain-lain, jangan kira ketetapan nominal sumbangannya sampai ratusan ribu atau malah jutaan. Tidak sama sekali! Cuma Ceban (10 rebu). Maksimal 20 rebu. Ciri khas kaum proletar. Merakyat.😂

Acara Syawalan dan Rembuk Ika Suka Sumenep diakhiri dengan pembacaan doa oleh KH. Abdul Wasid, selalu Kepala Kementerian Agama Kabupaten Sumenep. Step acara pamungkas adalah foto bersama dan makan bareng. Antrian "makan jalan" mengular. Tak ada saling serobot antrian. Baik senior maupun junior. Semua jalan sesuai antrean. Banyak senior yang ngantre di belakang saya dan Mas Rasyid. Termasuk Ketua MUI Sumenep. Prinsip egalitarianism benar-benar diterapkan di Ika Suka, bukan hanya di bangku kuliah dulu.

Pulangnya saya sempat mampir ke rumah Mas Rasyid. Kebetulan satu arah jalan pulang. Itung-itung masih ada aroma lebaran. Pun juga sekalian saya mau numpang sholat dzuhur. Kapan-kapan pas ingin silaturahim lagi bareng istri dan Mas Wahab, saya juga sudah tahu arah jalan menuju rumah Mas Rasyid. Berkah mampir tadi siang. Saya sebenarnya juga niat banget mau lihat kelucuan Mas Arafat (putra Mas Rasyid). Namun ternyata keluarga besar Mas Rasyid sedang silaturahim ke rumah kerabatnya di daerah Lenteng. Walhasil saya gagal nyium pipi tembem Mas Arafat.

Sabtu, 5 Maret 2025


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak