Lalampan.com. Bondowoso–Situbondo — Di tengah derasnya arus
globalisasi dan kemajuan teknologi informasi, bahasa daerah kerap terpinggirkan
dari kehidupan generasi muda. Menjawab tantangan tersebut, Balai Bahasa
Provinsi Jawa Timur (BBPJT) melalui Kelompok Kepakaran dan Layanan Profesional
(KKLP) Pelindungan dan Pemodernan Bahasa dan Sastra, mengambil langkah
strategis melalui kegiatan Bimbingan Teknik Guru Master Revitalisasi Bahasa
Daerah yang digelar di dua wilayah: Bondowoso dan Situbondo, dengan harapan
membangkitkan kembali kecintaan terhadap bahasa dan budaya lokal.
Kegiatan ini berlangsung selama lima hari,
masing-masing di dua lokasi berbeda. Di Bondowoso, kegiatan dilaksanakan pada
5–9 Mei 2025 di SMKN 1 Bondowoso, sementara Situbondo menjadi tuan rumah pada
6–10 Mei 2025 bertempat di STKIP PGRI Situbondo. Kedua tempat ini menjadi saksi
hidup tumbuhnya semangat baru dalam menjaga kekayaan linguistik Madura
berdasarkan dialek setempat.
Dengan pendekatan berbasis budaya dan ekspresi lokal,
kegiatan ini tidak sekadar menyampaikan teori linguistik, namun merasuk ke
ranah praktik dan seni pertunjukan. Para pemateri hadir dari berbagai latar
belakang dengan keahlian masing-masing yang mampu menghidupkan materi secara
kontekstual dan menghibur.
Misalnya, Bapak Miswan, S.Pd., yang menyampaikan
materi tentang Carakan, membawa peserta mengenal kembali huruf-huruf
tradisional yang dulu lekat dalam manuskrip dan prasasti. Dengan pendekatan
visual dan praktik langsung, peserta diajak menulis dan membaca aksara yang
sudah lama tak digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Sementara itu, Careta Pandha’, bentuk cerita khas
Madura, disampaikan oleh Mat Toyu. Lewat gaya bertutur yang jenaka, Mat Toyu
tak hanya membuat peserta terhibur, tapi juga memahami bagaimana cerita pendek
menyimpan nilai moral dan sosial yang tinggi.
Dari ranah seni suara, Bapak Zainullah, M.Pd.,
membawakan materi tentang Tembang—puisi liris berbahasa daerah yang dilagukan.
Dengan irama khas dan syair mendalam, peserta diajak mencicipi keindahan sastra
lisan yang sarat filosofi kehidupan.
Puisi modern dalam bahasa daerah juga menjadi bagian
penting, disampaikan oleh Dr. Abd Gani, M.Pd., yang mengajak peserta menuangkan
kegelisahan dan harapan mereka dalam bentuk puisi berbahasa ibu. Hal ini
membuktikan bahwa bahasa daerah tak hanya hidup di masa lalu, tapi bisa terus
berkembang di era kini.
Lebih dari itu, ekspresi komedi pun diakomodasi. Ach
Faulur Rozi membawakan sesi Lawakan Tunggal, menyulap materi bahasa menjadi
pertunjukan penuh tawa, sekaligus menyisipkan kritik sosial dan refleksi
budaya. Dongeng dan pidato pun tak ketinggalan, masing-masing dibawakan oleh Bapak
Dedy Murdini dan Bapak Kukun Sugiarto, M.Pd., memberikan peserta pengalaman
mendengarkan dan menyampaikan pesan dalam bentuk yang hidup dan komunikatif.
Melalui semangat kolaboratif dan pendekatan berbasis
budaya lokal, Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur menegaskan komitmennya: bahwa
bahasa daerah bukan sekadar warisan, melainkan jati diri yang perlu terus
dihidupkan dan diwariskan.
Kegiatan ini diperuntukkan bagi guru-guru SD dan SMP, para
guru tersebut diwajibkan untuk melakukan pengimbasan kepada sesama guru, murid,
hingga masyarakat umum. Harapannya, revitalisasi ini tidak berhenti di
ruang-ruang seminar dan pelatihan, melainkan menjalar ke rumah-rumah, panggung
seni, sekolah-sekolah, dan/atau bahkan platform digital.
Dr Made Oktavia Vidiyanti (Koordinator KKLP) menekankan kepada peserta untuk melakukan pengimbasan berdasar atas tujuh materi yang telah diperoleh selama mengikuti bimtek, seperti Membaca dan Menulis Carakan, Menulis Cerpen, Menembang, Membaca dan Menulis Puisi, Melawak Tunggal, Berpidato, dan Mendongeng Berbahasa Madura.
“Sasaran pengimbasan bahasa Madura adalah guru, siswa, dan rekan sejawat di lembaga masing-masing. Setelah melakukan pengimbasan, siswa dapat diikutsertakan dalam kegiatan Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI).” papar Oktavia. Setelah paparan materi Pengimbasan, kegiatan bimtek RBD ditutup secara resmi. Setiap pemenang FTBI Tingkat Kabupaten (juara 1) akan kembali diperlombakan ditingkat provinsi.
Pasca penutupan secara resmi, beberapa peserta menghadirkan pertunjukan dan penampilan dengan sangat percaya diri menggunakan Bahasa Madura.