(Repost-Posting Ulang)
Lalampan-2022. Pada tanggal 13 September 2022, tim
peneliti dari Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah Raudlatul Iman (STIDAR) Ganding
mempresentasikan hasil penelitiannya yang dilakukan selama tiga bulan di
hadapana Badan Perencanaan & Pembangunan Daerah Kabupaten Sumenep
(Bappeda). Dalam presentasi kali ini, hadir pula dari Dinas Pengembangan
Masyarakat Desa, Dinas Pariwisata Sumenep dan kelompok Sadar Wisata dari Desa
Payudan Daleman Kecamatan Guluk-Guluk Sumenep.
Selama tiga bulan tim peneliti STIDAR mengumpulkan
data, menganalisis serta melihat secara lebih mendalam tentang kondisi
geografis, alam sekitar di Gua Payudan yang memang menyuguhkan pemandangan yang
cukup eksotik. Hal ini dipengaruhi adanya dataran tinggi dan juga aliran sungai
dan sumber air yang cukup melimpah.
Dalam presentasi ini disampaikan tentang adanya
aksebilitas, terutama jalan menuju Gua Payudan, jalan yang licin jika musim
hujan, serta jalan yang terjal, juga ada sebagian yang tidak teraspal menjadi
sorotan utama. Tim Peneliti dari STIDAR juga mengusulkan konnektifitas antar
destinasi wisata, mulau dari Asta Tenggi, Batu Ampar, Gua Payudan, dan Gua
Soekarno, konnektifitas antar destinasi wisata akan menjadi ujung tombak
pengembangan wisata di Kabupaten Sumenep.
Menurut Dinas Pengembangan Masyarakat Desa, Fondasi
wisata sumenep adalah wisata religi, mulai dari asta Tenggi, Asta Yusup, Asta
Kumo’,
“Saat Covid-19 kemarin, kami melarang masyarakat
agar tidak mengunjungi asta tenggi, tidak berziara, supaya covid tidak
tersebar, apa kata mereka, ‘kita berziara, berdoa ke para leluhur, agar covid
cepat hilang, pak’ pada akhirnya masyarakat tetap berziara secara
kucing-kucingan. Ini merupakan fondasi kita.” Kata Pak Imam Buchori yang baru
saja pulang dari Jakarta, karena mendampingi Bupati Sumenep dalam menerima
penghargaan dalam lomba desa.
“Menarik itu Tol Wisata, kita sebutnya tol wisata,
meskipun tidak mungkin kita bangun tol khusus dari Gua Payudan-Gua
Pasongsongan, hehe. Artinya konnektifitas dari beberapa destinasi wisata ini
memang wajib, sehingga orang-orang yang datang ke tempat/ daerah wisata, akan
tahu, dan tidak perlu repot akan makan dimana, mau tidur dimana dan lain
sebagainya.” Tegas bapak dari Dinas Pariwisata Sumenep yang terus berupaya menghadirkan
kelompok sadar wisata di beberapa desa di Sumenep.
Sedangkan pihak Bappeda sendiri memastikan agar
rekomendasi hasil penelitian ditulis secara lebih seksama, seperti pengaspalan
jalan yang bukan tanggung jawab Dinas Pengembangan Masyarakat Desa, melainkan
bisa Dinas PU(PR) atau Dishub. Bappeda juga menyampaikan bahwa rekomendasi
tersebut akan menjadi perhatian utama dalam pembangunan Sumenep kedepan.
ba'an tao edhimma guwa pajuddan min? engko' balai yaaa
BalasHapus